Kamera Trap Satwa Liar

Keberhasilan Pascatambang PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin

Reklamasi Blok Ata Pit Ata Selatan memiliki luas 1.419 hektare telah dilakukan kewajiban reklamasi sejak 2009. Penambangan di Pit ata Selatan di mulai pada tahun 2003 dan selesai pada tahun 2012. Re-vegetasi merupakan salah satu inisiatif reklamasi yang diterapkan Arutmin pada lahan bekas tambang di Kawasan Batulicin, Kalimantan Selatan. Arutmin percaya bahwa reklamasi tambang merupakan langkah penting dalam menjaga kelestarian lingkungan agar tetap dapat memberikan manfaat bagi masyarakat lingkar tambang. Hingga tahun 2022, Tambang Batulicin telah melakukan reklamasi lahan bekas tambang seluas 1.025 ha dari total luas pembukaan lahan seluas 1.875 ha dengan jumlah penanaman pohon sebanyak kurang lebih 854.850 pohon. Untuk mengukur peran reklamasi ekosistem pascatambang PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin sebagai ekosistem penyangga kehidupan. Keberhasilan reklamasi diukur berdasarkan acuan bioindikator kondisi ekologis area rona awal. Kondisi ekologi yang diamati meliputi keberadaan mamalia dan burung, populasi bakteri penambat fosfat dan nitrogen serta tingkat keanekaragaman hayati. Untuk pengamatan fauna menggunakan dua metode, yaitu pengamatan langsung dan pengamatan tidak langsung. Pengamatan langsung, yaitu perjumpaan dan kamera trap, sedangkan pengamatan tidak langsung, menggunakan jejak jejak, kotoran, bekas cakar, bulu, sarang, dan suara.

Salah satunya adalah dengan pemasangan camera trap atau perangkap kamera.

Kegiatan identifikasi satwa di dasari dari adanya hutan yang memiliki potensi keanekaragaman hayati tinggi. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan kegiatan identifikasi satwa. Identifikasi satwa dilakukan karena keberadaan satwa sebagai indikator lingkungan.

Identifikasi satwa membutuhkan beberapa peralatan serta literatur yang mendukung kegiatan penelitian tersebut. Literatur yang dibutuhkan antara lain buku panduan lapangan (Field Guide) serta metode untuk kegiatan identifikasi satwa. Metode yang digunakan dalam penelitian satwa yaitu camera trap. Setelah peralatan dan perlengkapan tersebut lengkap maka dilaksanakan identifikasi satwa. Jika sudah dilakukan identifikasi maka akan didapatkan data mengenai keanekaragaman satwa di areal PT Arutmin Indonesia Tambang Batulucin. Setelah mengetahui keanekaragaman satwa tindakan selanjutnya yaitu mengevaluasi langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menjaga kelestarian satwa tersebut, dan dibuat luaran (Output) berupa laporan yang didalamnya berisikan keterangan menyeluruh mengenai satwa yang teridentifikasi, serta hasil evaluasi.